Opini : Ketika Kepala Desa Merasa Paling Benar: Mengabaikan Partisipasi Masyarakat dan Media Berita

Oleh : Sumardi

Kemajuan desa yang ideal adalah ketika seluruh elemen masyarakat, pemerintah desa, dan media lokal berkolaborasi untuk mencapai kesejahteraan bersama. Namun, ada kondisi di mana kepala desa merasa paling pintar dan benar sendiri, sehingga mengabaikan partisipasi masyarakat dan peran kontrol dari media berita. Sikap seperti ini justru menjadi penghalang utama bagi terwujudnya kemajuan desa yang partisipatif dan demokratis.

Mengapa Partisipasi Masyarakat Penting?

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa bukan hanya formalitas, melainkan hak dasar yang harus dihormati. Warga desa adalah pihak yang langsung merasakan dampak dari setiap kebijakan dan program yang dijalankan. Mereka memiliki pengetahuan, pengalaman, dan pemahaman tentang kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di desanya. Oleh karena itu, pelibatan mereka dalam setiap tahap pembangunan sangat penting.

Ketika masyarakat diajak berpartisipasi, mereka akan merasa memiliki tanggung jawab bersama dalam menjaga dan memelihara hasil pembangunan. Sebaliknya, mengabaikan peran masyarakat sama saja dengan menghilangkan potensi besar yang sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk kemajuan desa. Sikap kepala desa yang merasa paling benar dan tidak mau mendengarkan masukan dari warganya hanya akan menimbulkan kesenjangan antara pemerintah desa dan masyarakat.

Kepala Desa yang Otoriter: Mengabaikan Peran Media

Selain masyarakat, media lokal memiliki peran penting sebagai pengawas, penyampai informasi, dan penyalur aspirasi warga. Media berfungsi untuk menjaga transparansi dan akuntabilitas pemerintahan desa. Namun, kepala desa yang merasa paling pintar cenderung memandang media sebagai pengganggu, terutama ketika kritik yang disampaikan media dianggap merusak citra atau menghambat kepentingan pribadinya.

Mengabaikan atau bahkan menghalangi media lokal dalam menjalankan fungsinya adalah langkah yang keliru. Hal ini bukan hanya bertentangan dengan prinsip keterbukaan, tetapi juga membatasi akses informasi bagi masyarakat desa. Padahal, keberadaan media berita sangat penting untuk memastikan bahwa setiap program pembangunan desa berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapan warga.

Dampak Negatif Mengabaikan Partisipasi dan Media

Ketika kepala desa bersikap otoriter dan menutup diri dari kritik, beberapa dampak negatif bisa muncul. Pertama, kebijakan dan program pembangunan yang dijalankan berisiko tidak sesuai dengan kebutuhan dan kondisi riil masyarakat desa. Kedua, rasa ketidakpuasan masyarakat akan meningkat, yang dapat memicu konflik dan menurunkan kepercayaan kepada pemerintah desa. Ketiga, minimnya kontrol dan transparansi akan membuka peluang terjadinya penyalahgunaan wewenang dan korupsi di tingkat desa.

Situasi seperti ini tentu sangat merugikan. Alih-alih membawa desa menuju kemajuan, sikap kepala desa yang merasa paling benar sendiri justru akan memperlambat atau bahkan menggagalkan upaya pembangunan. Masyarakat dan media, yang seharusnya menjadi mitra strategis dalam pembangunan, malah diabaikan dan dianggap sebagai ancaman.

Membangun Sikap Rendah Hati dan Terbuka

Untuk mewujudkan desa yang maju, kepala desa harus memiliki sikap rendah hati dan terbuka terhadap masukan dari berbagai pihak. Menjadi pemimpin desa bukan berarti mengetahui segalanya, melainkan kemampuan untuk mendengar, memahami, dan merangkul semua elemen desa dalam proses pembangunan. Dengan bersikap terbuka terhadap partisipasi masyarakat dan media, kepala desa sebenarnya sedang memperkuat fondasi pemerintahan yang akuntabel dan demokratis.

Selain itu, perlu diingat bahwa peran kepala desa bukanlah sebagai penguasa tunggal, melainkan sebagai pelayan masyarakat. Mendengarkan aspirasi, kritik, dan saran dari masyarakat maupun media adalah bagian dari tanggung jawab dalam menjalankan amanah yang diberikan oleh warga. Keterbukaan ini akan membantu menciptakan suasana desa yang harmonis, di mana setiap orang merasa dihargai dan didengar.

Membangun Desa dengan Prinsip Partisipasi

Jika kepala desa mampu mengubah pola pikir dan bersikap lebih terbuka, banyak manfaat yang bisa diperoleh. Pembangunan desa akan lebih tepat sasaran, sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Rasa memiliki dari warga terhadap program-program desa juga akan meningkat, sehingga mereka lebih aktif terlibat dalam pemeliharaan dan keberlanjutannya.

Kolaborasi dengan media lokal pun akan membawa manfaat besar. Media dapat menjadi jembatan komunikasi antara pemerintah desa dan masyarakat, menyampaikan informasi tentang program-program yang sedang dan akan dijalankan. Di sisi lain, kritik dan saran dari media juga dapat menjadi cermin bagi pemerintah desa untuk terus memperbaiki kinerja dan kebijakan.

Pada akhirnya, kemajuan desa hanya bisa tercapai jika kepala desa mampu merangkul semua pihak, termasuk masyarakat dan media. Sikap merasa paling benar sendiri hanya akan menjadi penghambat dalam perjalanan menuju kemajuan yang diharapkan bersama. Sudah saatnya kepala desa menyadari bahwa kekuatan terbesar dalam membangun desa terletak pada kolaborasi dan keterbukaan dengan seluruh elemen desa.

Penulis: SumardiEditor: Mardi